Thursday, January 26, 2012

Like Father Like Daughter

Dalam tulisan ini,aku ingin sedikit mematahkan sebuah kalimat dalam bahasa inggris yaitu, like father like son.

Aku si anak sulung dari dua bersaudara di keluarga kecil ku, dan aku adalah si anak perempuan yang tidak membawa marga keluarga untuk keturunan ku.

Papa ku seorang pegawai swasta yang bekerja di bidang telekomunikasi. Cara berfikirnya selalu dipenuhi dengan logika yang sangat tajam, yang diasahnya dari sejak ia duduk di perguruan tinggi negeri di kota Bandung. 
Papa ku pergi merantau dari tanah ia bertumbuh dewasa, Palembang, menuju kota Bandung untuk menuntut ilmu di bidang matematika. Hobi fotografi,musik dan bermain. Bermain? Ya lazim nya hal-hal yang dilakukan sekumpulan laki-laki saat mereka berkumpul. Papa ku adalah seorang yang sangat aktif dalam mengikuti organisasi hingga saat ini. Sejak SMA, Papa ku aktif ikut berorganisasi di SMA Xaverius Palembang. Karena sifatnya yang humble dan mudah bergaul (tidak hanya bergaul, tapi digemari oleh banyak wanita pada waktu itu), membuat Papa ku dikenal banyak orang dan menjabati posisi Ketua Osis saat dia duduk di kelas 2 SMA. Papa ku adalah anak kesayangan dr oma ku. Alasan nya adalah karena papa ku merupakan anak paling kecil dari empat bersaudara dan semua kakak-kakaknya adalah perempuan. Bisa kalian bayangkan, sangking terlalu sayang nya Oma ku terhadap Papa ku, Oma melarang Papa ku untuk bermain dengan air, dengan kata lain, Papa ku tidak bisa berenang hingga diumur nya yg sudah terbilang tua. Tidak hanya itu, Papa ku baru bisa mengendarai motor disaat umur nya sudah menginjak 49 tahun. 
Untuk seumuran papa ku sekarang, papa ku berumur 52 tahun 2 hari yang lalu, seharusnya sudah tidaklah terlalu hiperaktif dan bersikap sok masih muda. Tapi kenyataannya, hal itu masih terjadi pada dirinya
Aku heran dengan perilaku papa ku ini, di umur nya yang sudah tergolong cukup tua (mungkin mendekati lansia) tapi dia masih punya banyak mimpi yang ingin dicapai nya. Masih punya target yang menurut dia harus dipenuhi, bukan hanya sekedar kerja di kantor dan menjadi pegawai biasa. Terkadang, sebuah mimpi ataupun  target yang akan dicapainya terdengar aneh dan membuat saya mengeluarkan kalimat "mana mungkin sih?".
Papa ku egois, keras kepala, tidak mau kalah dan memiliki idealis yang amat sangat kuat. Terkadang aku lelah menghadapi papa ku sendiri. 
Tapi setelah aku sadar, aku dan papa ku itu seperti bercermin. Kami itu bagaikan dua magnet yang sama-sama berdiri di titik utara magnet yang berbeda. Tidak akan pernah bisa saling menempel, dan selalu saling menolak apabila kedua magnet didekatkan dengan ujung yang sama. Disaat aku harus berhadapan dengan Papaku, aku seperti menghadapi diri ku sendiri, bergumul dengan diriku sendiri.
Sedangkan adik laki-laki ku memiliki sifat selalu mengalah, lembut, dan mau menerima keadaan. Disaat kami duduk berempat di meja makan pun untuk makan bersama, adik ku selalu mengalah apabila Mama ku menyuruh salah satu diantara aku dan adik ku untuk berdoa makan.

Dibandingkan dengan adik laki-laki ku, kalau boleh sedikit bersikap congkak, aku lebih memiliki banyak pengalaman berorganisasi daripada dia. Aku yang lebih memiliki banyak teman dan mudah bergaul, sedangkan adik ku bukan lah seorang yang cukup populer di sekolah nya. Aku si hobi mengabadikan momen lewat sebuah lensa dan bermusik, sama seperti Papa ku, ya walaupun hanya satu alat musik yang bisa aku mainkan dibandingkan dengan Papa ku.
Adik ku si kutu buku, mulai mengerti pergaulan saat dia masuk kuliah. Tapi adik ku kuliah di Jakarta (memang sih sekarang dia sedang melanjutkan studi nya di negara Kangguru), sedangkan aku, aku pergi merantau ke Bandung. persis seperti papaku. Aku dan Papa ku sama-sama memiliki kenangan di Kota Bandung. Sedikit flashback, dulu sewaktu aku masih kuliah, tidak jarang Papa dan Mama ku mengunjungiku ke Bandung. Mama ku buta akan kota ini, sedangkan diantara kami, aku dan Papa ku adalah orang yang paling tau mengenai kota Bandung. Saat kami berjalan bersama menyusuri Bandung, tidak jarang aku dan Papa ku berdebat, tapi dia selalu bilang "sebelum kamu lahir, aku sudah ada di sini", dan hanya dengan kalimat itu aku bisa terdiam.

Bandung, Fotografi, Musik, dan semua sifat Papa ku yang mengalir di diriku, menjadi bukti bahwa tidak hanya like father like son saja, tapi kalau di keluarga ku, yang dianut adalah like father like daughter.
Semoga nanti di masa tua ku, aku akan tetap menjadi seorang yang memiliki semangat yang tinggi dan memiliki banyak mimpi yang akan diwujudkan, layaknya seorang anak yang baru masuk ke bangku perguruan tinggi, layaknya Papaku. Semoga...


NB :oh ya, satu hal yang tidak mungkin aku lupa untuk kutulis, disaat aku dihadapkan akan sebuah 2 tas, dan aku harus memilih tas manakah yang aku pilih, tas pemberian Mama atau Papa ku? Jelas aku memilih tas pembelian dari Papa ku, karena kami memiliki selera yang sama. Hehe

credit goes to google 

1 comment:

Anonymous said...

guess why I love The Entertainer? itu jadi nada sambung everytime I call my mom waktu dia kerja jaman gue kecil. Gue hobi banget, buat joget2, kebetulan nyokap ngangkatnya jg lama. lol